Hikmah Keteguhan Siti Hajar dalam Sa’i: Pelajaran Iman untuk Jemaah Umrah

Kategori : Umrah, Ditulis pada : 22 Desember 2025, 15:17:24

Bagi setiap jemaah yang menjalankan ibadah Umrah, prosesi Sa’i—berjalan kaki dan berlari-lari kecil sebanyak tujuh kali antara bukit Safa dan Marwa—seringkali menjadi momen yang paling menguras fisik. Namun, di balik lelahnya langkah kaki di atas lantai marmer yang dingin, tersimpan sebuah narasi agung tentang cinta, kepasrahan, dan daya juang seorang wanita luar biasa. Kisah Siti Hajar bukan sekadar pelengkap sejarah Islam, melainkan fondasi spiritual dari syariat Sa’i itu sendiri.

Pengorbanan di Lembah Tandus

Kisah Siti Hajar bermula ketika Nabi Ibrahim as. membawa istrinya, Hajar, dan putranya yang masih menyusu, Ismail, ke sebuah lembah yang gersang di Makkah. Saat itu, Makkah hanyalah hamparan padang pasir tanpa air, tanpa tanaman, dan tanpa penghuni. Ketika Nabi Ibrahim hendak melangkah pergi meninggalkan mereka demi memenuhi perintah Allah, Siti Hajar mengejarnya dan bertanya, "Wahai Ibrahim, hendak ke manakah engkau? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia pun dan tidak ada sesuatu apa pun ini?"

Nabi Ibrahim tidak menjawab. Namun, ketika Hajar bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan ini?" Ibrahim menjawab, "Ya." Mendengar jawaban itu, keluarlah kalimat legendaris yang menunjukkan puncak ketauhidan Hajar: "Kalau begitu, Allah tidak akan membiarkan kami telantar."

Ikhtiar Tanpa Henti: Esensi Sa’i

Beberapa waktu berlalu, persediaan air habis. Ismail kecil mulai menangis kehausan. Dalam kondisi terjepit antara rasa cinta kepada anak dan keterbatasan logistik, Siti Hajar tidak berpangku tangan menunggu keajaiban jatuh dari langit. Ia berlari ke Bukit Safa untuk mencari bantuan, namun nihil. Ia kemudian berlari menuju Bukit Marwa, namun tetap tidak menemukan siapapun.

Ia melakukannya sebanyak tujuh kali. Inilah esensi dari Sa’i: Ikhtiar lahiriah yang maksimal. Siti Hajar mengajarkan kepada kita bahwa meskipun hasil akhir berada di tangan Allah, seorang hamba wajib mengerahkan seluruh kemampuannya. Dalam ibadah Umrah, Sa'i mengingatkan kita bahwa doa harus dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh.

Tiga Hikmah Utama untuk Jemaah Umrah

1. Tauhid dan Prasangka Baik (Husnuzan) Keteguhan Siti Hajar berakar pada keyakinan bahwa Allah tidak mungkin menzalimi hamba-Nya yang taat. Bagi jemaah Umrah, ini adalah pengingat agar selalu menjaga prasangka baik kepada Allah, terutama saat menghadapi ujian hidup yang terasa "kering" dan "tandus" seperti lembah Makkah kala itu.

2. Definisi Tawakal yang Sejati Banyak yang salah mengartikan tawakal sebagai sikap pasif. Siti Hajar membuktikan sebaliknya. Beliau tetap berlari antara Safa dan Marwa meskipun secara logika tidak ada air di sana. Hikmahnya adalah: kerjakan apa yang menjadi bagianmu (usaha), dan biarkan Allah mengerjakan apa yang menjadi bagian-Nya (hasil).

3. Pertolongan Datang dari Arah yang Tak Terduga Setelah tujuh kali berlari, bantuan tidak datang dari arah bukit yang ia daki, melainkan dari bawah kaki Ismail yang menghentak-hentak tanah. Air Zamzam pun memancar. Ini adalah pesan kuat bagi kita bahwa solusi atas masalah kita seringkali muncul dari titik yang sama sekali tidak kita duga, setelah kita mencapai titik jenuh dalam berikhtiar.

kisah siti hajar.png

Relevansi dalam Ibadah Umrah Modern

Saat ini, jemaah Umrah melakukan Sa’i di jalur yang nyaman, ber-AC, dan memiliki fasilitas air Zamzam yang melimpah di setiap sudutnya. Namun, kenyamanan fisik ini jangan sampai mengaburkan makna perjuangan Siti Hajar.

Setiap kali melewati Lampu Hijau (tempat jemaah pria disunnahkan berlari kecil), bayangkanlah betapa beratnya beban perasaan Siti Hajar saat itu. Menghayati kisah Siti Hajar saat Sa'i akan mengubah aktivitas fisik tersebut menjadi perjalanan batin yang mengharukan. Sa'i bukan sekadar "olahraga spiritual", melainkan simbol dari perjalanan hidup manusia yang penuh perjuangan menuju ridha Allah.

Penutup

Ibadah Umrah yang mabrur adalah yang mampu mengubah karakter seseorang menjadi lebih tangguh dan percaya diri atas pertolongan Allah. Melalui jejak kaki Siti Hajar di Safa dan Marwa, kita belajar bahwa air kehidupan (solusi/rezeki) hanya akan memancar bagi mereka yang tidak pernah berhenti berjalan, berdoa, dan percaya.

Cari Blog

10 Blog Terbaru

10 Blog Terpopuler

Kategori Blog

Chat Dengan Kami
built with : https://safar.co.id