Hajar Aswad: Menelusuri Keajaiban, Sejarah, dan Asal-Usul Sang Batu Surga
Bagi setiap jamaah yang menapakkan kaki di Masjidil Haram untuk melaksanakan Umrah, pandangan mereka pasti akan tertuju pada satu titik di sudut Ka'bah: Hajar Aswad. Batu yang terbingkai perak ini bukan sekadar ornamen bangunan, melainkan objek paling sakral yang menjadi saksi bisu perjalanan iman manusia sejak zaman Nabi Adam AS hingga hari ini.
Misteri Asal-Usul Hajar Aswad: Mengapa Menjadi Hitam?
Membahas asal usul Hajar Aswad hitam selalu membawa kita pada perpaduan antara dalil agama dan catatan sejarah. Secara teologis, Hajar Aswad diyakini sebagai batu Yaqut yang berasal dari surga.
-
Transformasi Warna: Berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi, batu ini awalnya memiliki kilauan cahaya yang sangat terang dan warna yang lebih putih dari susu. Namun, seiring berjalannya waktu, warna tersebut berubah menjadi hitam. Hal ini secara simbolis dijelaskan sebagai dampak dari dosa-dosa anak cucu Adam yang menyentuhnya saat memohon ampunan.
-
Keberadaan di Bumi: Batu ini dibawa oleh Malaikat Jibril untuk diberikan kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS saat mereka kekurangan satu bongkah batu untuk menyelesaikan pembangunan sudut Ka'bah.
Hajar Aswad dalam Lensa Sejarah
Sejarah Hajar Aswad dipenuhi dengan peristiwa dramatis yang menguji ketahanan fisik batu ini:
-
Peletakan oleh Rasulullah: Sebelum masa kenabian, terjadi banjir besar yang merusak Ka'bah. Saat renovasi selesai, perselisihan hebat terjadi antar kabilah Arab mengenai siapa yang paling berhak meletakkan Hajar Aswad. Nabi Muhammad SAW kemudian muncul sebagai penengah dengan membentangkan kain dan membiarkan setiap pemimpin suku memegang ujungnya, sebuah simbol persatuan yang luar biasa.
-
Serangan dan Kerusakan: Batu ini pernah terkena percikan api saat pengepungan Mekkah, yang menyebabkannya retak menjadi beberapa bagian.
-
Tragedi Qaramitah: Pada tahun 930 M, kelompok Qaramitah menyerang Mekkah dan mencuri Hajar Aswad. Mereka membawanya ke wilayah Al-Ahsa selama 22 tahun sebelum akhirnya dikembalikan ke tempat asalnya dalam keadaan pecah menjadi beberapa fragmen.
Fakta Fisik: Bukan Lagi Satu Bongkahan Utuh
Banyak jamaah Umrah yang belum menyadari bahwa apa yang mereka lihat di dalam bingkai perak saat ini bukanlah satu batu besar utuh. Karena berbagai peristiwa sejarah di atas, Hajar Aswad kini terdiri dari 8 kepingan kecil (fragmen) dengan ukuran yang bervariasi.
-
Perekat Alami: Kepingan-kepingan ini disatukan menggunakan campuran malam (lilin), resin, dan ambergris (minyak wangi khusus) agar tetap kokoh di posisinya.
-
Bingkai Perak: Bingkai oval yang ikonik tersebut pertama kali dibuat oleh Abdullah bin Zubair dan terus diperbarui oleh para penguasa Muslim dari zaman ke zaman untuk menjaga keutuhan fragmen batu tersebut.

Esensi Hajar Aswad dalam Ibadah Umrah
Bagi Anda yang sedang atau akan melaksanakan Umrah, Hajar Aswad memiliki kedudukan penting:
-
Yaminullah (Tangan Kanan Allah): Sebagian ulama menyebut Hajar Aswad sebagai perumpamaan "Tangan Kanan Allah" di bumi. Siapa yang menyentuh atau menciumnya, seolah-olah ia sedang berbaiat (berjanji setia) kepada Allah SWT.
-
Penghapus Dosa: Rasulullah SAW bersabda bahwa menyentuh Hajar Aswad dan Rukun Yamani dapat menghapuskan dosa-dosa kecil (HR. Ahmad).
-
Saksi di Hari Kiamat: Kelak, batu ini diyakini akan diberikan lidah dan mata oleh Allah untuk menjadi saksi bagi setiap orang yang menyentuhnya dengan penuh keikhlasan.
Tips bagi Jamaah Umrah
Mengingat padatnya area Tawaf, mencium Hajar Aswad secara langsung seringkali sulit dilakukan. Berikut adalah adab yang perlu diperhatikan:
-
Jangan Menyakiti Orang Lain: Menyakiti sesama Muslim demi mengejar sunnah (mencium batu) hukumnya adalah dosa.
-
Gunakan Isyarat (Istilam): Jika tidak memungkinkan mendekat, cukup angkat tangan kanan ke arah Hajar Aswad di setiap putaran Tawaf sambil mengucapkan "Bismillahi Allahu Akbar".
Apakah Anda ingin saya buatkan panduan praktis mengenai doa-doa khusus atau tata cara melakukan istilam yang benar saat Tawaf di depan Hajar Aswad?
